Sorot Nasional.com
M.S. Perlu, GB
Ambon, Maluku – Gunung Botak di Pulau Buru, Maluku, adalah nama yang tak asing lagi di telinga.
Bukan karena keindahan alamnya, melainkan karena hiruk pikuk aktivitas penambangan emas yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Namun, di balik potensi kekayaan mineral yang terkandung di dalamnya, tersimpan pula harapan besar masyarakat Maluku, khususnya Pulau Buru, untuk merasakan dampak positif yang nyata dan berkelanjutan.
Penataan tata kelola tambang Gunung Botak secara komprehensif bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah keharusan demi tercapainya pendapatan daerah yang signifikan dan peningkatan kesejahteraan hidup warga.
Selama ini, isu penambangan ilegal dan minimnya pengawasan seringkali mendominasi narasi seputar Gunung Botak.
Kondisi ini tidak hanya berpotensi merusak lingkungan, tetapi juga menghambat aliran pendapatan yang seharusnya bisa dinikmati oleh daerah.
Bayangkan jika seluruh aktivitas penambangan, mulai dari eksplorasi hingga pasca-tambang, dapat diatur dalam koridor hukum yang jelas, transparan, dan akuntabel.
Pendapatan dari pajak, royalti, dan retribusi bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi lokal.
Ini adalah kunci untuk mengubah “kutukan” sumber daya alam menjadi berkah bagi Maluku dan Pulau Buru.
Lebih dari sekadar angka-angka pendapatan, penataan tambang Gunung Botak juga harus menitikberatkan pada aspek keberlanjutan.
Lingkungan adalah aset tak ternilai yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Penerapan standar penambangan yang ramah lingkungan, rehabilitasi lahan pasca-tambang, serta upaya mitigasi dampak sosial harus menjadi prioritas utama.
Dengan demikian, kekayaan Gunung Botak tidak hanya memberikan manfaat finansial jangka pendek, tetapi juga memastikan keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya dalam jangka panjang.
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pengawasan juga krusial untuk menjamin bahwa suara mereka didengar dan kebutuhan mereka terpenuhi.
Mewujudkan harapan ini membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan tentu saja, masyarakat adat serta komunitas lokal.
Regulasi yang jelas, penegakan hukum yang tegas, serta insentif bagi investasi yang bertanggung jawab adalah pondasi utama.
Mari kita ubah Gunung Botak dari sekadar lokasi tambang menjadi simbol kemandirian ekonomi dan keberlanjutan ekologi bagi Maluku, khususnya Pulau Buru tercinta.
Ini adalah investasi masa depan yang akan membuahkan hasil berupa kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi seluruh anak bangsa di Bumi Bupolo Tercinta.